Monday, April 19, 2010

TAKDIR DAN KUDRAT ALLAH SWT

"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzd) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah". (Al-Hadid:22) Apa pun yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh manusia telah jelas hasilnya bagi Allah. Jadi apa ertinya usaha kita sebagai manusia? Apakah kita sebagai umat yang terkena bencana itu dapat menghindar ketentuan atau takdir Allah? Dalam kesempatan kali ini saya akan mencuba untuk menjelaskan masalah ini.

Takdir dan Qadar Bagi Manusia

Menurut penjelasan Ibnu Faris, seorang pakar bahasa Al-Quran, kata qadar dan Alqadir berasal dari kata yang terdiri dari huruf qaaf, daal dan raa'. Kata-kata yang terbentuk dari huruf-huruf tersebut mengandungi erti akhir dari sesuatu dan substansnya. Dalam bukunya Mu'jam Magaavis Allughah, Ibnu Faris menyatakan, "Jika anda berkata qadr (takdir), maka maknanya adalah ketetapan Allah atas segala sesuatu sesuai dengan batas akhir yang dikehendakiNya."Ada qadr (kudrat) bagi sesuatu yang dianugerahkan Allah sesuai dengan firmanNya: "Dan memberinya rezeki dan arah yang tiada disangka-sangka “.

Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, nescaya Allah akan mencukupkan (keperluannya)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendakiNya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu". (Ath-Thalaaq:3)

Segala sesuatu kecil atau besar telah ditetapkan takdirnya oleh Allah SWT. Semua peristiwa yang terjadi di alam ini, dari sisi kejadiannya dalam kadar atau ukuran tertentu, pada tempat dan waktu tertentu, itulah yang namanya takdir. Tidak ada suatu kejadian pun di luar takdir Allah. Semua kejadian berada di bawah pengetahuan dan ketentuan Allah. Oleh itu, kepada semua pejuang-pejuang keadilan khususnya ahli keluarga beliau teruskan bersabar dan banyak memohon pertolongan dariNya.

Manusia hanya memiliki kemampuan yang terbatas menurut ketentuan yang telah ditetapkan Allah kepadanya.Manusia telah ditetapkan dan ditakdirkan untuk hidup di darat dan tidak dapat hidup di alam lain. Ini suatu ketetapan dari Allah kepada umat manusia. Ketetapan ini tidak mungkin dilampaui kecuali manusia mahu menggunakan akal fikirannya untuk menciptakan alat bantu (misalnya alat bantu pernafasan untuk dapat hidup di bulan atau di laut). Namun kemampuan akal manusia juga sangat terbatas.

Hak Untuk Memilih Takdir

Kehidupan manusia berada di bawah hukum-hukum Allah. Segala sesuatu yang kita lakukan tidak terlepas dari hukum-hukum yang telah tertentu kadar dan ukurannya. Ini disebabkan hukum Allah itu sangat banyak, manusia diberi kesempatan untuk memilih di antara takdir-takdir yang telah ditetapkan Allah. Hak ini hanya dimiliki manusia. Ciptaan Allah lainnya seperti matahari, bulan, Malaikat, tumbuh-tumbuhan tidak diberikan kesempatan ini. Pilihan itu merupakan hak kita. Kemampuan akal kita digunakan untuk memilih jalan hidup yang kita kehendaki.

Kewajipan Untuk Berusaha

Khalifah Umar Ibnu Khattab pernah menjelaskan bahawa kebebasan memilih takdir ketika ia berkuasa. Ketika Negeri Syam (Palestin, Syiria, dan sekitarnya) terkena wabah penyakit, Umar RA membatalkan rancangannya mengunjungi daerah itu. Kemudian ia ditanya seorang sahabat,"Apakah anda lari (menghindar) dari takdir yang telah ditetapkan Allah kepada Anda?" Umar RA menjawab,"Saya lari (menghindar) dari takdir Allah ke takdirNya yang lain." Adanya wabak penyakit yang menimpa Negeri Syam merupakan takdir yang ditetapkan berdasarkan hukum-hukum Allah. Jika Umar RA memutuskan untuk pergi ke Syam, maka kemungkinan ia akan terjangkit wabak penyakit tersebut. Untuk itu ia berusaha untuk menghindar dari takdir terkena penyakit ke takdir Allah yang lain.

Dari contoh di atas terlihat jelas bahawa manusia itu benar-benar memiliki kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri dan apa yang dikatakan Allah, "Aku tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali mereka berusaha untuk mengubahnya sendiri." (QS 13:11) sejajar dengan ayat yang terdapat pada awal artikel ini

Ini bertentangan pula dengan pemahaman sebahagian orang yang mengatakan kalau orang sudah pasrah kepada kehendak Allah lantas membiarkan nasibnya ditentukan Allah tanpa adanya usaha untuk mengatasinya. Kewajipan manusia adalah untuk berusaha sekuat tenaga untuk mencapai apa yang ia inginkan dengan menggunakan akal fikirannya. Kemampuan ini diberikan kepada seluruh umat manusia. Yang membezakan usaha umat Islam dengan umat lainnya adalah usaha kaum mukmin selalu diiringi dengan Iman kepada Allah sehingga apa yang ia kerjakan itu berada di jalan
yang benar sesuai dengan kehendak Allah. Jika usaha itu disertai dengan niat Lillahi Ta'ala, maka usaha tersebut akan dihitung sebagai ibadah kepada Allah dan akan mendapat kan ganjaran yang nilainya jauh lebih besar daripada imbuhan yang di dapat di dunia ini. Ini yang membuat usaha yang dilakukan umat Islam lebih istimewa dibandingkan dengan kaum lainnya.

P/S:Dengan keistimewaan ini seharusnya umat Islam mempunyai etika kerja yang lebih baik dari kaum lainnya kerana selalu menyedari bahawa apa pun yang kita lakukan akan selalu mendapat pembalasan selama kita niatkan usaha itu sebagai ibadah kepada Allah SWT. Kita juga tidak akan berkecil hati seandainya usaha-usaha tersebut terlihat kurang berhasil dari "pandangan umum manusia" kerana kita tahu bahawa Allah selalu mengetahui apa yang kita lakukan dan mengetahui niat di belakang yang kita kerjakan itu.

No comments:

Post a Comment